Oleh: Fiky Daulay
Berawal dengan nama KUNCI Cultural Studies Center, KUNCI adalah kelompok belajar yang dibentuk oleh Nuraini Juliastuti dan Antariksa pada tahun 1999 sebagai upaya untuk membentuk ruang alternatif pasca kejatuhan Orde Baru. Pada praktiknya, KUNCI berperan sebagai pusat kajian budaya nirlaba melalui kerja-kerja penelitian dan publikasi dalam semangat lintas disiplin dan lokalitas seputar seni, budaya dan pendidikan alternatif. KUNCI membayangkan diri sebagai ruang produksi pengetahuan yang berpijak pada kesadaran praksis politik budaya di tengah politik praktis yang berkembang setelah kejatuhan rezim.
Sejak 2019, KUNCI Cultural Studies Center berganti nama menjadi KUNCI Study Forum and Collective, menitikberatkan pada kolektivisasi belajar, termasuk di antaranya: pengelolaan ruang, diskusi, perpustakaan, penelitian, penerbitan, percetakan, dan pengorganisasian sekolah. KUNCI melintasi dan menghubungkan batas-batas institusi, disiplin, serta lokalitas. Keanggotaannya berbasis persahabatan dan informalitas, serta berprinsip swa-organisasi dan kolaboratif.
‘Menggembosi’ Arsip
Sebagai anak magang di Kunci pada pertengahan tahun 2015, sulit rasanya untuk menjelaskan rasa heran akan pengaturan arsip kunci yang tampak kacau-balau, karut-marut atau centang-perenang. Mulai dari pendataan lokasi buku, lembar catatan, dokumen-dokumen penting, nota, hingga benda-benda kecil sekalipun. Sederetan pertanyaan muncul bersamaan di benak saya; bagaimana logika pengaturan arsip di sini berlangsung sebenarnya? Hubungan apa yang sedang dibentuk dari ketidakteraturan ini? Mengapa situs yang memuat arsip praktik penelitian sangat banyak dan dibuat terpisah dengan situs utama? Mengapa strategi mengingat kembali (recalling) arsip tertentu bergerak dari masing-masing anggota yang bisa saja bertanggung jawab pada proyek tertentu lalu dikembalikan pada ingatan secara kolektif?
Hingga kini kekacauan itu belum berubah atau barangkali tidak akan berubah banyak. Sekilas, apa yang tampak ke permukaan adalah penggembosan arsip organisasi dari dalam ke dalam pecahan-pecahan yang lebih kecil. Pecahan-pecahan kebutuhan arsip yang tidak berhubungan tetapi pada titik lainnya berjumpa melalui rembesan arsip pada praktik di masa lalu yang kemudian muncul pada bentuk praktik lainnya atau praktik yang akan datang. Lalu bagaimana praktik pengarsipan Kunci menggembosi dirinya sendiri dan pemaknaan apa yang ingin dibangun?
Dalam definisi ketat, arsip tentu saja mengacu pada seluruh bentuk rekaman historis yang terkait dengan catatan peristiwa atau terlebih, bukti autentik material yang tidak dipublikasikan dalam sebuah organisasi atau instansi. Namun, sebagai pustaka berbasis riset, KUNCI mendekati fragmen atau pengelompokan sumber informasi historis sebagai timbal balik antara abstraksi pengetahuan berwujud kerangka berpikir-pendekatan dengan penciptaan refleksi bersama berwujud materi publikasi.
Dengan kata lain, ia diandaikan sebagai landasan antara hubungan teori dan praktik yang tidak memisahkan kesejarahan arsip dan penggunaan arsip. Dalam contoh praktis, catatan bibliografi pustaka berperan sebagai pendukung penelitian juga dianggap sebagai arsip. Dengan demikian, dalam penciptaan publikasi (baru), arsip dibayangkan sebagai sesuatu yang terbuka, bergerak dengan waktu sekaligus mendorong pertanyaan bagaimana rekaman historis berhubungan dengan ketertarikan dan inisiatif masing-masing anggota? Ia kemudian menggeser pertanyaan mengenai apa yang dimaksud dengan arsip dan apa yang tidak. Lebih pada upaya masing-masing anggota untuk membuka hubungan ‘arsip’ sebagai perangkat pengetahuan dengan ketertarikannya dan bagaimana memaknai publisitas atau penyebaran praktik penelitian secara luas.
KUNCI menyimpan berbagai macam bentuk arsip audio visual, termasuk:
- Koleksi salinan publikasi, jurnal, buku, zine, majalah, katalog bertemakan seni, pendidikan dan budaya yang mendukung praktik penelitian kami atau tanpa membedakannya, salinan keseluruhan dan fragmen-fragmen koleksi tersebut menjadi infrastruktur penelitian.
- Koleksi foto atau materi visual lainnya yang terkait dengan proyek penelitian dan materi publikasi (penyimpanan daring, hard disk, media sosial termasuk Instagram, Facebook, dll)
- Koleksi materi audio meliputi rekaman diskusi publik, wawancara, soundscape, rekaman acara publik lainnya termasuk potongan material audio lainnya yang akan diolah ke dalam penyiaran radio sekaligus hasil penelitian. Selain itu kami berperan untuk merawat sebagian koleksi kaset fisik yang dimiliki oleh Hersri Setiawan (penulis, aktivis, sejarawan), memuat rekaman sejarah lisan dengan tokoh-tokoh dari berbagai periode sejarah Indonesia. Pada praktiknya, koleksi kaset otentik ini tersimpan di dalam lemari kedap udara. Pembukaan akses digital dilakukan semi-terbuka bagi para peneliti/akademisi yang telah memohonkan akses untuk menggali sejarah Indonesia dengan hanya mengaksesnya di tempat.
Koleksi kaset Hersri Setiawan
Pengelolaan arsip utamanya berperan sebagai infrastruktur penelitian sekaligus hasil penelitian yang dapat disebut sebagai perangkat ‘rumah/kantor’. Bentuk kerja yang mendorong inisiatif masing-masing individu dalam kerja-kerja kolektif mendorong pengelolaan arsip audio visual berbasis inisiatif masing-masing anggota. Beberapa dari kami akan mendaftar, mengelompokkan, dan melabeli arsip tersebut utamanya sebagai hasil penelitian yang dapat diakses sewaktu-waktu baik secara fisik atau digital secara intuitif, terbuka dan swa-reproduksi sesuai ketertarikan masing-masing anggota yang tidak selalu memproyeksikan masa depan.
Sebagai refleksi dari cara kerja kami yang cenderung untuk tidak membagi secara ketat pembagian kerja, alhasil kami tidak memiliki pembagian khusus antara ruang kerja, ruang pustaka, termasuk ruang penyimpanan arsip. Pada praktiknya, seluruh bentuk arsip fisik utamanya tersimpan di antara ruang kerja dan pustaka di dalam kabinet yang memuat folder, dan materi cetakan lainnya. Selain itu kami juga mengandalkan kotak-kotak penyimpan dan perangkat hard disk.
Penyimpanan arsip audio visual digital juga berada di wahana daring utama yang terbuka dan dapat diakses publik luas: https://archive.org/details/@kunci_cultural_studies_center. Wahana ini bekerja sebagai lumbung yang meneruskan tautan ke situs-situs yang kami kelola, diantaranya: Kunci.or.id, radio.kunci.or.id, dan situs lainnya yang memuat hasil proyek penelitian. Namun demikian, tidak ada hirarki yang bertingkat di antara lumbung dengan jejaring situs terkait lainnya.
Tidak ada alur khusus dalam pengaturan arsip. Pendekatan label tagging atau kata kunci yang juga hadir di wahana archive.org dan website lainnya, juga berlaku pada pelabelan intuitif arsip-arsip fisik baik dokumen, publikasi, atau materi cetak lainnya hingga menuju kotak penyimpanan dan rak-rak kabinet. Sebagai organisasi yang tidak dapat digolongkan ke dalam institusi publik penuh, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat ataupun seperti Pustaka publik (Kota,Daerah, atau bahkan Universitas), kami mengelola jangkauan publik dalam kerangka semi-terbuka. Semi-terbuka mengacu kepada pembukaan akses formal sebesar-besarnya atas seluruh kegiatan publik melalui berbagai pintu seperti pustaka, website dan Klub Numpang Baca.
Namun di sisi lain, akses tersebut dibatasi oleh bentuk publik yang cenderung informal, berbasis jejaring dan pertemanan. Semi-terbuka kemudian mengandaikan akses yang terbuka bagi siapapun, tetapi pra-kondisi sosial atas akses arsip terbentuk melalui hubungan individual masing-masing di dalam keanggotaan Kunci dengan individu atau kelompok lain yang memiliki ketertarikan atau dalam semangat yang sama.
Selain akses daring dalam berbagai situs dan sosial media yang cenderung berwujud visual, pengelolaan akses audio secara publik juga diaktivasi melalui situs radio.kunci.or.id dan rilisan fisik Nguping Records. Radio adalah laman daring namun tak terpisahkan dengan usaha publikasi arsip Kunci di kanal lainnya. Konten radio memuat diskusi publik yang diorganisir oleh Kunci di kantor atau tempat lain seperti lokasi residensi. Konten ini berdampingan dengan bentuk lain seperti wawancara, soundscape, sastra lisan, audio guide terangkum dalam proyek Heterotropics.
Koleksi podcast Heterotropics #2: Resound, revision, recollection:Sensing through colonial archives, diinisiasi melalui 1.5 bulan residensi penelitian di Tropenmuseum (Amsterdam, Belanda), museum kolonial yang mengoleksi berbagai macam obyek, arsip dan dokumen dalam pameran ‘350 Tahun sejarah kolonial Indonesia’. Alih-alih menelaah arsip kolonial tersebut dalam kerangka visualnya, kami kemudian membongkar praktik pengarsipan di dalamnya. Podcast yang mentransmisikan medium suara dan bunyi menjadi perluasan ruang serangkaian wawancara dengan orang-orang biasa yang melakukan praktik pengarsipan, perekaman soundscape kota, symposium, termasuk penciptaan audio guide fiksional yang seperti produksi audio lainnya bersandar pada dekonstruksi museum sebagai institusi pendidikan yang memproduksi pengetahuan. Di sini pula, laku menggembosi arsip sekali lagi muncul dalam upaya yang lebih subtil untuk mengkolektivisasi relasi arsip sekaligus logika produksinya melalui kekuatan reflektif bunyi yang memperluas sekaligus mempersempit ruang publik. Menggembosi arsip kemudian dapat bermakna sebagai praktik arsip yang tidak terlepas dari pembentukan hubungan individu-publik yang tercipta dari upaya pendataan, pembagian, pengklasifikasian di dalam jejaring kesejarahannya.
Radio memungkinkan publik untuk berbagi ruang penciptaan partisipasi bersama melalui transmisi internet baik dalam bentuk koleksi podcast atau live streaming. Laman ini menjadi kanal arsip audio yang dapat diakses sewaktu-waktu dalam kategorisasi kegiatan kunci sekaligus kesegeraan diseminasi diskusi publik. Radio berbasis internet kemudian mengekspresikan media arsip sekaligus arsip itu sendiri sebagai ruang yang terbuka melampaui sekat lokasi dan konsep waktu yang terus berjalan.
Nguping Records merupakan sebuah upaya lanjutan pengolahan arsip berwujud rilisan fisik kaset. Pada tahun 2017, kami mengundang Uma Gumma, seorang seniman yang juga menjadi siswa temporer pada usaha kolektivisasi belajar Sekolah Salah Didik (SSD) untuk mengolah kembali arsip audio yang tersimpan dalam brankas Kunci melalui pendekatan artistik.[1] Uma kemudian memproduksi 3 rilisan audio dalam bentuk kaset, diantaranya; ‘Kasak-Kusuk Angkatan Tua’ memuat wawancara dengan Komite Perjuangan Rakyat untuk Perubahan di Yogyakarta pada tahun 1999 pasca reformasi; ‘It’s My Job To Keep Punk Rock Elite’, memuat dua diskusi mengenai subkultur punk dalam Forum Gemar Membaca Kunci Cultural Studies Center pada 2014; ‘Suara Selepas Kerja’, memuat pembacaan karya sastra favorit oleh Susana Nisa, dan Arista Devi sebagai perpanjangan dari kelompok baca bersama buruh migran dalam proyek ‘Klub Baca Selepas Kerja’. Rilisan fisik kemudian menawarkan kompresi bentuk arsip dalam bentuk yang lebih berwujud bendawi dan dapat dikoleksi kembali.
[1] Kunci menginisiasi proyek jangka panjang Sekolah Salah Didik sejak 2016. Secara singkat, proyek SSD bertujuan untuk membongkar beragam lapisan hirarki dan otoritas produksi pengetahuan dalam institusi pendidikan formal. Proyek ini dijalankan lewat serangkaian eksperimen menjalankan proses belajar melalui metode pedagogi alternatif (pembelajaran ala Jacotot dari Jacques Ranciere, Turba, nyantrik dan Taman Siswa).