Oleh : Ikhtiar Anugrah Hidayat dan Haikal Al-Kahfi
Perkembangan teknologi informasi menyebabkan arsip mengalami perkembangan dalam media simpan. Media arsip tidak hanya kertas, karena selain bukti tertulis arsip juga dapat berasal dari foto, rekaman suara maupun gambar bergerak. Dimana ketiga jenis arsip tersebut merupakan arsip dalam media baru. Salah satu arsip audiovisual ialah sebuah rekaman lagu yang direkam dan diolah oleh pemain musik atau sound engineer secara perseorangan. Seluruh proses rekaman akan dikonsep dengan tujuan untuk memberikan penjelasan terkait langkah apa saja yang dilalui. Langkah tersebut mulai dari konsep lagu, penggunaan alat musik, efek, dan sebagainya.
Menurut Helen P Harrison (Helen P. Harrison,1997: 3) dalam buku Audiovisual Archive: A Practical Reader, arsip audiovisual dibedakan menjadi 3 jenis utama yang mengkhususkan dalam media tunggal: gambar bergerak, foto, dan rekaman suara. Arsip audiovisual merupakan arsip dalam media baru yang berbeda dengan arsip konvensional yang mengunakan kertas. Media simpan arsip audiovisual antara lain yaitu, CD/DVD, flashdisk, maupun harddisk. Arsip audiovisual juga dapat dalam keadaan tunggal atau satu item, seperti satu lembar foto, satu buah film atau video, satu buah kaset rekaman suara, satu lembar peta atau satu lembar gambar konstruksi gedung (Imam Gunarto dan Dwi Mudalsih, 2011: 1-4).
Proses rekaman lagu dari personal recording atau tracking sebagai tahapan dalam penghasilan audio diambil melalui mikropon atau pick up. Dimana sinyal yang telah direkam yang akan dijadikan lagu perlu proses mixing. Hasil dari proses ini diedit dan masuk dalam pre-mastering untuk menuju ke mastering sebagai proses secara keseluruhan mulai dari peletakan track, penentuan marker hingga penataan fade in and out musik. Berkaitan dengan proses tersebut, belum banyak perseorangan yang memperhatikan terkait manajemen pengarsipan bagi rekaman audio khususnya pengarsipan bagi songwriter atau singer itu sendiri. Padahal proses penciptaan suatu lagu memiliki nilai tersendiri, terlebih arsip rekaman suara merupakan arsip yang rentan mengalami kerusakan. Maka dari itu perlu adanya pengolahan yang baik. Pengolahan arsip dilakukan agar mudah melakukan penemuan kembali arsip, mudah melakukan penyusutan arsip, dan terhindar dari kerugian yang diakibatkan oleh kehilangan atau kerusakan arsip (Hardi Suhardi dan Yayan Daryan: 1998, 134). Upaya menyelamatkan arsip rekaman suara dari fisiknya maupun informasinya memerlukan pengolahan yang sesuai dengan ilmu kearsipan.
Definisi dari arsip sound recording yaitu arsip yang informasinya terekam dalam sinyal suara dengan menggunakan sistem suara tertentu. Arsip rekaman suara ialah arsip yang informasinya berupa suara terekam pada media dengan bahan dasar selulosa, berupa pita menggunakan rancangan dengan peralatan khusus (Sumrahayadi: 2014, 13-18). Pengelolaan arsip mulai dari digitalisasi hingga penataan terdiri dari beberapa tahap. Pengelolaan arsip rekaman suara yang baik atau sesuai dengan standar yang berlaku dapat diketahui dengan mengelola secara langsung. Dalam studi ini melihat alasan penting dan bagaimana proses mulai dari penciptaan hingga pengelolaan voice over khususnya dalam menyebarluaskan lagu yang dilakukan melalui digital platform. Voice over ini menjadi visualisasi bagaimana seseorang menciptakan lagu, melakuan perekaman secara digital sederhana hingga unggah lagu secara perseorangan. Objek dalam penelitian ini diambil melalui pengalaman empiris salah satu penulis yang telah melakukan proses tersebut dengan mengunggah ke soundcloud. Studi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana proses voice over dan pengarsipan secara sederhana yang dapat dilakukan oleh siapapun.
Proses Personal Sound Recording
Proses penulisan lagu yang didasari teknik tertentu dapat dikatakan tidak menjadi faktor penentu bagaimana cara seorang songwriter menulis lagu dengan baik, karena pada dasarnya musik adalah seni yang tidak mengenal frasa benar dan salah. Semua orang punya persepsi masing-masing mengenai musik. Maka dari itu sudah wajar ketika “setiap orang memiliki taste atau seleranya masing-masing” terutama apabila merujuk terhadap musik. Ada yang berpendapat lagu yang enak didengar adalah lagu dengan instrumen sederhana saja seperti halnya dengan hanya menghadirkan melodi gitar. Kemudian, ada juga yang mengatakan hal serupa serta hal lain yang berbeda. Begitulah bagaimana manusia seharusnya mampu menanggapi sebuah musik, yakni sekadar berpendapat bukan menilai benar atau salah.
Beropini terhadap musik membangun hubungan yang sangat kuat dengan menulis lagu. Ada yang nyaman menulis lirik telebih dahulu dan ada juga yang nyaman menciptkan melodi pada langkah awal. Secara personal, dari total tujuh lagu semuanya ditulis dengan menulis melodi terlebih dahulu. Namun sebelum, memulai itu semua seorang songwriter menuliskan apa yang ada di pikirannya pada buku catatanya. Apapun itu ditulis dengan catatan ada hubungannya dengan lagu yang akan diciptakan. Setelah itu hal yang bisa dikatakan sebagai sebuah seni akan dirangkum oleh penulis pada sebuah lagu. Hal ini menjelaskan bagaimaan sebuah lirik yang ditulis bisa memeluk erat melodi juga yang diciptakan. Sekali lagi musik ialah hanya sebuah persepsi saja yang sejatinya dapat dilihat dari kacamata yang berbeda-beda. Dikarenakan sebenarnya, proses ini bukanlah proses yang stagnan digunakan oleh semua penulis lagu yang ada di seluruh dunia terutama di Indonesia. Berikut adalah ilustrasi yang pernah ditulis pada beberapa paragraf yang menjadi sebuah lagu sampai pada lembar akhir. Berikut salah satu contoh penciptaan lagu berjudul “Love Hacks”:
Voice Over Melalui Digital Platform (Soundcloud)
Menurut Purnama (dalam Andi Muhammad Fauzi et al, 2017: 335-361) Industri musik, digitalisasi, dan kemajuan internet memaksa individu untuk melakukan penyesuaian dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi suatu musik. Digital platform seperti soundcloud menjadi salah satu kanal dalam proses publikasi arsip audiovisual. Perkembangan teknologi ini terlebih digitalisasi membawa perubahan dalam model rilis musik dari yang tadinya berupa perangkat keras menjadi file di internet. Streaming musik, mengunduh, berbagi file dan aplikasi media sosial telah menjadi cara untuk menikmati musik (Steffan Wynn Thomas, 2014: 31). Hal ini pula yang akhirnya menjadi pilihan bagi beberapa pemusik tidak terkecuali bagai salah satu penulis untuk melakukan distribusi atau penyebarluasan musik secara independen, mengingat keterjangkauan yang luas dan kemudahan akses bagi pengguna.
Distribusi karya tidak hanya dipahami sebagai usaha dalam memperdengarkan suatu lagu. Proses ini juga tidak hanya sebagai wadah promosi saja. Selain tu penyebarluasan karya ini juga tidak hanya diunggah ke soundcloud saja namun juga dapat dibagikan ke beberapa platform seperti instagram dan spotify. Di era digital ketika karya musik berupa semua media online, distribusi musik dilakukan melalui saluran yang ada tanpa memandang bentuk fisik. Soundcloud dapat diintegrasikan ke media sosial lain, sehingga lebih terjamin integrasinya dan dapat dimanfaatkan bagi semua pengguna media sosial.
Penggunaan platform soundcloud memiliki orientasi psikologis dan sosial pada pengguna yang akhirnya mendorong untuk menggunakan media tersebut. Dorongan ini pula yang memberikan motif bagi salah satu penulis dalam memanfaatkan platform tersebut. Orientasi lain seperti jenis musik yang dibawa dengan karakter easy listening menjadi trend dan pilihan tersendiri. Selain itu secara psikologis penulis membebaskan proses unduh dengan tujuan untuk memberikan kemudahan akses secara offline. Hal ini sejalan dengan free culture yang menekankan pada pembebasan kreativitas dalam melakukan penyebarluasan (Lessig, 2004: 47). Dengan demikian pemanfaatan digital platform melalui soundcloud ini menjadi tujuan sosial yang dipilih oleh penulis.
Sebagai bagian dari perkembangan teknologi kemudahan yang ditawarkan soundcloud menyesuaikan dengan karakter pengguna media sosial sekarang. Dimana pengguna lebih memilih media yang mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus. Penulis memandang bahwa kemudahaan unduh pada fitur yang ditawarkan sebagai bentuk apresiasi pada penciptaan musik yang dibuat. Keberadaan musik yang ditulis oleh salah satu penulis tidak lepas dari konsep voice over khususnya dalam distribusi yang merujuk pada “do it yourself”. Dengan demikian distribusi atau pengarsipan yang dapat diakses semua pengguna dapat dijadikan sebagai wadah apresiasi dalam proses ini.
Pengolahan Arsip Audiovisual
Pengolahan merupakan kegiatan yang dilakukan guna mempermudah penataan arsip sebelum dilakukan proses penyebarluasan bagi pengolah atau pencipta musik itu sendiri. Pengolahan berupa kegiatan secara intelektual dengan menghasilkan sarana penemuan kembali berupa daftar arsip dan inventaris. Pengolahan pada arsip audiovisual menurut Sumrahyadi (2014) terdiri dari
Pengolah dilakukan dengan langkah berikut:
- Pembuatan indeks dengan cara meringkas isi dari rekaman yang akan memudahkan bagi pengguna tentang isi secara keseluruhan;
- Pembuatan label pada setiap rekaman, harapannya agar dapat digunakan sebagai nomor identitas dan tidak tertukar;
- Mengadakan identifikasi terhadap bentuk fisik, label, mutu hingga kondisi;
- Pembuatan daftar yang disusun menurut waktu penerimaan atau penciptaan;
- Pembuatan transkripsi merupakan pembuatan daftar dari seluruh isi kalimat tanpa mengubah isi;
- Pembuatan sarana temu kembali atau daftar arsip.
Arsip personal sound recording dalam tulisan ini diolah secara digital dengan demikian arsip bentuk khusus ini semua informasinya terekam dalam bentuk sinyal suara menggunakan rancangan dengan peralatan khusus. Proses pembuatan personal sound recording tersebut perlu memperhatikan:
Mempersiapkan Alat dan Bahan
- Informasi identifikasi, merupakan informasi yang berisi konteks arsip itu sendiri untuk mempermudah dalam proses penataan arsip personal sound recording;
- Index merupakan informasi yang berisi isi dari personal sound recording dan identitas yang terdapat didalam rekaman;
- Skema klasifikasi arsip merupakan kumpulan daftar kode klasifikasi informasi mengenai arsip personal sound recording;
- Guide yang berfungsi sebagai pembatas maupun petunjuk deretan rekaman;
- Label merupakan tanda yang dibuat dari hasil rekaman yang terdiri dari kode arsip personal sound recording yang telah ditentukan sebelumnya;
Identifikasi Arsip
Identifikasi adalah proses pendataan arsip, meliputi dua bagian, yaitu: Pendataan Informasi Arsip (Intellectual Handling) Pendataan Fisik Arsip (Technical Handling). Pendataan informasi arsip diketahui dengan cara mendengarkan isi rekaman dari arsip personal sound recording tersebut. Sedangkan Pendataan Fisik Arsip (Technical Handling). Pendataan fisik arsip ini diketahui dengan cara melihat fisik arsip. Berikut ini merupakan contoh kartu identifikasi yang nantinya dibuat melalui gambar pada satu folder, mengingat semua arsip yang dihasilkan berupa digital:
Media | : Digital Platform |
Main | : |
Sub main | : |
No Definitif | : |
Intellectual Handling | |
Subjek/Topik | : iiiiii |
Produser/sumber | : Haikal Al-Kahfi (Messytrvck) |
Narator | : Haikal Al-Kahfi |
Recording | : Haikal Al-Kahfi, Wim Naga, Icha |
Tempat | : ARF Studio |
Tanggal | : 4 Desember 2019 |
Pembatasan Akses | : Terbuka |
Copyright | : Messytrvck |
Technical Handling | |
Kondisi | : Bagus |
Ukuran | : 300 mb |
Volume | : 1 |
Vendor | : – |
Suara/Tanpa suara | : Terdapat Suara |
- Pembuatan Indeks Personal Sound Recording Content
Indeks personal sound recording content adalah sebuah informasi yang mencakup apa saja isi yang ada dalam arsip personal sound recording. Indeks personal sound recording content sangat membantu dalam penemuan kembali sound recording, karena indeks ini akan dijadikan cover dari sound recording dalam satu file yang nantinya dibuat dalam format gambar. Cara membuat indeks personal sound recording content yaitu dengan cara mendengarkan arsip personal sound recording terlebih dahulu, kemudian mengisi data persatu keterangan yang ada didalam indeks personal sound recording content. Berikut salah satu contoh dari indeks personal sound recording content dari salah satu karya yang dibuat:
INDEKS PERSONAL SOUND RECORDING CONTENT
- Produser : Haikal Al-Kahfi (Messytrvck)
- Recorder : Haikal Al-Kahfi (Messytrvck), Wim Naga, Icha
- Judul/tema : iiiiii
- Tempat : ARF Studio, Yogyakarta
- Tanggal : 4 Desember 2019
- Durasi : 30 Menit
- Copyright : Messytrvck
- Volume : 4 Menit 9 Detik
- Transkripsi : *disajikan pada tabel dibawah
Menit | Topik |
00:00-00:17 | Seseorang yang menungkapkan rasa rindu kepada orang lain karena terpisah oleh jarak dan waktu. Orang tersebut bisa berupa pasangan, orang tua, dan teman dekat |
00:18-00:50 | Penulis mengingat kembali saat awal membangun hubungan yang baik dengan orang-ornag yang dianggap sebagai keluarga dan teman dekat. Kemudian pada bagian “I’ll be there” yang menggambarkan penulis berjanji akan menemui mereka kapan pun |
00:51-01:10 | Bagian bridge yang mengangkat janji penulis kepada siapapun orang yang disayanginya soal pertemuan yang diharapkan |
01:11-01:44 | Pada bagian ini merupakan chorus/reff yang mengungkapkan kerinduan penulis terhadap orang-orang yang disayanginya. Jika dilihat berdasarkan perspektif makna kata per kata, sebenarnya reff ini sama dengan bagian intro |
01.45-02.01 | Interlude pada lagu ini yang mendeskripsikan suasana hati penulis melalui melodi gabungan minor dan mayor, meskipun tidak berupa lirik yang dinyanyikan |
02.01-02.37 | Ungkapan rasa yang disampaikan melalui rap mungkin tidak mengesankan perasaan rindu tetapi di setiap bait lirik ada gambaran keinginanan untuk mengindahkan pertemuan yang terpisah sejak lama, walaupun ada beberapa bait yang menjelaskan bagaimana penulis ingin meraih visi tertingginya menjadi artis yang mampu memberi pengaruh yang positif kepada siapapun yang mendengarkan lagunya |
02.37-04.09 | Bagian ini akan kembali pada bridge dan chorus serta outro yang memiliki lirik bait sama dengan chorus secara makna kata per kata |
- Pembuatan Skema Klasifikasi
Skema klasifikasi ini disusun berdasarkan masalah dari suatu arsip personal sound recording yang mencerminkan kegiatan dari suatu instansi atau organisasi terlebih bagi perseorangan tertentu. Setiap perseorangan atau organisasi akan memiliki skema klasifikasi berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena setiap orang atau organisasi memiliki struktur dan fungsi berbeda-beda yang sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah contoh skema klasifikasi arsip personal sound recoding dari beberapa karya yang dimiliki:
Media | Klasifikasi | Kode | |
SR | Sound Recording | ||
Leaving This City | MD/SR.LTC/1 | ||
No Lie | MD/SR.NL/1 | ||
Love On Us | MD/SR.LOU/1 | ||
Teenage Dream (Annabelle) | MD/SR.TD/1 | ||
Love Hacks | MD/SR.LH/1 | ||
iiiiii | MD/SR.I6/1 |
- Covering dan Labeling
Covering adalah proses pembuatan indeks pada arsip personal sound recording. Pada arsip sound recording proses covering menggunakan indeks personal sound recording content yang kemudian dipasang pada cover rekaman dalam format gambar dan disimpan dalam satu folder. Guna covering ini adalah mempermudah dalam peninjauan kembali isi informasi yang di cari atau yang dibutuhkan pengguna. Sedangkan labeling adalah proses pemberian atau penulisan identitas pada setiap arsip personal sound recording yang kemudian tertuliskan di dalam guide dalam format gambar. Label ini berisikan nomor arsip yang sesuai dengan nomor definitif.
- Manuver Arsip Personal Sound Recording
Langkah selanjutnya yaitu manuver arsip sound recording atau pengelompokan berkas. Perlu diperhatikan dari langkah ini adalah kode klasifikasi dari arsip personal sound recording. Setelah melihat kode klasifikasi maka langsung diurutkan pada urutan yang sesuai dengan skema klasifikasi personal sound recording. Klasifikasi atau pengelompokan ini diatur berdasarkan masalah atau topik dari arsip personal sound recording. Kemudian setelah terkelompokkan maka kartu identifikasi diurutkan juga berdasarkan skema yang disimpan dalam format gambar.
- Pembuatan Guide
Guide sering digunakan didalam pengolahan arsip tekstual maupun audio visual. Apabila dalam pengolah audio visual yang semua filenya berupa digital, guide ini berguna sebagai penanda antara rekaman satu dengan yang lain melalui folder (digital). Kemudian pada guide diberi identitas sesuai dengan kode klasifikasi.
- Daftar Arsip Personal Sound Recording
Langkah yang terakhir yaitu dengan membuat daftar arsip dari personal sound recording yang disimpan. Pembuatan daftar arsip ini bertujuan supaya mempermudah dalam proses penemuan kembali arsip, selain itu arsip juga lebih jelas mana saja yang disimpan atau diolah, berikut format daftar arsip personal sound recording:
Narator | Recording | Copyright | Tanggal | Durasi | Tempat | Transkripsi | Lokasi Simpan |
Adapun penjelasan dari keterangan-keterangan daftar arsip personal sound recording diatas sebagai contoh berikut:
Kode | SR |
Judul | Berisi tentang topik pembahasan sound recording |
Narator | Haikal Al-Kahfi |
Recoding | Haikal Al-Kahfi/Kahfi/Messytrvck |
Copyright | Messytrvck |
Tanggal | 4 Desember 2019 |
Durasi | 2 Jam (160 Menit) |
Tempat | ARF Stuido, Yogyakarta |
Transkrip | Lagu yang mengangkat soal hubungan antar manusia, yakni tentang bagaimana mereka memiliki rasa rindu dan mengobati rasa rindu tersebut dengan mengindahkan sebuah pertemuan, serta menungkapkan bagaimana pentingnya sebuah pertemuan atas momen yang terjadi |
Loksim | Laptop atau personal computer produser dan sound engineer |
Arsip audiovisual sebagai bentuk arsip media baru. Sebagai salah satu contoh dari arsip bentuk ini ialah personal sound recording yang dimiliki oleh pencipta lagu mulai dari penciptaan lagu hingga distribusi dalam bentuk digital dan online platform. Melihat dari keunikan pada arsip ini terdapat pada proses awal hingga voice over belum banyak diperhatikan. Perkembangan teknologi yang telah pesat mendorong pula untuk penikmat musik beralih pada digital distribusi, salah satunya melalui media sosial dengan platform soundcloud. Platform tersebut dimanfaatkan dalam proses distribusi musik dengan menawarkan keterbukaan akses. Motif yang dimiliki oleh salah satu penulis sebagai pencipta lagu sekaligus orang yang memiliki pengalaman dalam proses rekaman lagu secara independen ini berupa promosi. Selain itu distribusi ini dilakukan guna membagikan karya musik yang dimiliki dengan faktor sosial dan psikologis. Beragam upaya yang dilakukan tidak hanya mengunggah saja namun juga dalam segi integrasi media yang dimiliki. Berdasarkan kajian empiris yang telah dilakukan penulis, proses pengolahan arsip mulai dari awal penciptaan lagu hingga proses penyebarluasan musik menjadi penting. Mengingat setiap individu atau organisasi memiliki kesempatan untuk berkarya dan sudah semestinya memiliki pengelolaan arsip dalam bentuk audiovisual yang sesuai meski dengan cara yang sederhana. Dengan demikian tujuan dari pengarsipan ini tidak hanya sebatas mempertahankan secara konteks saja namun juga konten atau isi dari informasi arsip yang tercipta itu sendiri.
Referensi:
Fauzi, Andi Muhammad, Sudirman Karnay, Andi Subhan Amir. 2017. Soundcloud Sebagai Media Alternatif Distribusi Karya Musik Indie Kota Makassar. Jurnal Komunikasi KAREBA. Makassar: Universitas Hasanudin
Darya, Yayan dan Hardi Suhardi. 1998.Terminologi Kearsipan Indonesia. Jakarta: PT. Sigma Cipta Utama.
Harrison, Helen P. 1997.Audiovisual Archives: A Practical Reader. Paris: UNESCO.
Lessig, Lawrence. 2004. Budaya Bebas: Bagaimana Media Besar Memakai Teknologi dan Hukum untuk Membatasi Budaya dan Mengontrol Kreativitas. Terjemahan oleh Brigitta Isabella, Kartika Wijayati dan Lusiana Sari. Yogyakarta: Kunci.
Mudalsih, Dwi dan Imam Gunarto. 2011. Manajemen Record Audio Visual. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumrahyadi. 2014. Manual Kearsipan, In Manual Kearsipan Umum. Jakarta: Universitas Terbuka.