Oleh: Faisol Fajar Bagus Junaedi & Arif Rahman Bramantya
Dorongan perkembangan teknologi mulai membuat dunia kearsipan perlu beradaptasi pada media yang digunakan. Penggunaan internet telah mendukung penyebaran informasi arsip menjadi lebih luas dan susah untuk dikendalikan. Dengan adanya penggunaan media digital, kertas tidak lagi digunakan sebagai media penyebaran informasi ke publik. Kini pandangan publik terhadap kertas juga telah berubah menjadi hal yang formal dan bahkan sulit dicerna. Netizen akan lebih mudah mencerna suatu informasi dari layar gawai mereka masing-masing. Kaitannya dengan arsip digital menurut Muhidin (2019) adalah data yang dapat disimpan dan ditransmisikan dalam bentuk kode biner yang dapat dibuka, dibuat atau dihapus dengan alat komputasi yang dapat membaca atau mengolah data dalam bentuk biner, sehingga arsip dapat dimanfaatkan. Pengertian tersebut berhubungan dengan adanya digitalisasi yang berarti proses pemakaian sistem digital, yang mana penyimpanan dan penggunaan arsip dapat dilakukan dalam bentuk digital. Dengan mengikuti trend yang ada pada masa kini, media sosial dapat menjadi alat dalam penyebaran segala informasi dari semua kalangan. Komunitas kecil yang tidak terpandang pun dapat menggunakan strategi tersebut untuk menaikkan engagement dan personal branding mereka seperti apa yang dilakukan oleh Bawah Skor Mandala pada laman Instagramnya (@bawahskor).
Bawah Skor Mandala terbentuk karena adanya keresahan Dimaz Maulana mengenai para suporter fanatik klub sepakbola PSIM Yogyakarta yang terlalu berani mengatakan bahwa PSIM berdiri sejak tahun 1929, tetapi mereka sendiri tidak mengetahui secara pasti sejarah dan fakta sebenarnya. Oleh karena itu, Dimaz Maulana berinisiatif mencari bukti-bukti sejarah berupa koran, majalah, foto, dan video yang memuat kabar berita atau peristiwa sejarah PSIM dan mengurutkannya sesuai kronologi dengan harapan kisah perjalanan PSIM menjadi valid karena didukung oleh fakta dari bukti sejarah yang telah dikumpulkan.
Bawah Skor Mandala terbentuk karena sebuah dorongan mengenai tidak adanya kearsipan yang mengenang sejarah dari klub sepak bola asal Yogyakarta yaitu PSIM. Tidak adanya fakta sejarah tersebutlah yang membuat seorang Dimaz Maulana selaku pelopor dan pengelola Bawah Skor Mandala untuk berinisiatif mengumpulkan arsip dari berbagai media dan menggunakan media sosial terutama Instagram sebagai alat penyebaran informasi arsip kepada publik. Namun, sebelum menjadi media penyebaran informasi arsip, pada tahun 2010 Bawahskor hanya fokus dalam penjualan merchandise PSIM untuk menunjang kebutuhan suporter dan menyebarkan fanatisme dengan mengutamakan konsep kajian historis, simpel dan nyaman saat digunakan setiap mendukung PSIM atau dikenakan sehari-hari. Baru pada tahun 2013 Bawahskor mulai fokus pada pengarsipan PSIM (Junaedi & Arifianto, 2014). Menyebarkan kecintaan sepak bola khususnya di Yogyakarta menjadi dasar Dimaz Maulana untuk menyebarkan semangat fanatisme melalui informasi arsip pada media sosial. Pada media sosial juga arsip dapat dinarasikan seakan-akan lebih bersuara dan membicarakan apa yang terjadi di dalamnya. Pengumpulan arsip Bawahskor banyak melalui Jogja Library yang berada di Jalan Malioboro Yogyakarta. Sampai artikel ini ditulis, laman instagram Bawahskor telah memiliki 23,8 ribu pengikut dan masih menjadi pusat informasi arsip sejarah PSIM dari tahun ke tahun. Bahkan bukan hanya itu saja, Bawahskor juga memiliki banyak program yang bahkan di luar sepak bola untuk menularkan kecintaan terhadap klub sepak bola Jogja ini, seperti diterbitkannya majalah khusus yaitu Matchgazine, adanya program kolaborasi seperti Pot Sejuta Harapan dan Bersih Sampah.
Gambar 1.0. Laman instagram Bawahskor (Sumber: Instagram @bawahskor, 2024)
Seiring perkembangan zaman, Instagram menjadi salah satu media sosial yang menjadi jembatan komunikasi antar generasi. Generasi sekarang akan lebih tertarik dengan penggunaan media sosial sebagai sumber informasi. Oleh karena itu, penggunaan media sosial dalam menyebarkan informasi arsip akan terasa lebih strategis dan mudah dicerna daripada media konvensional. Segmentasi audiens merupakan salah satu strategi yang penting bagi penentuan konten seperti dalam pernyataan Putranto (2018) “They should pay attention to the target market of the users they want to attract in order to determine the content of the account.” Dalam kasus ini, target utama Bawahskor memang pendukung klub sepak bola Jogja PSIM, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggaet semua kalangan warga jogja agar mendukung tim sepak bola PSIM. Oleh karena itu, Bawahskor menentukan isi konten berupa arsip digital foto maupun video yang mengandung nilai kesejarahan bagi PSIM dan pendukungnya. Kelebihan lain dari arsip yang diunggah di media sosial adalah tidak akan hilang begitu saja saat pergantian hari, bulan, sampai tahun. Informasi yang terkandung di dalamnya akan terus tersimpan. Sampai saat artikel ini ditulis, laman akun instagram @bawahskor telah memiliki 755 unggahan dan kita sebagai publik masih bisa mengakses unggahan terdahulu dari Bawahskor dan informasi yang terkandung dalam arsip digital pun masih sama. Dengan begitu, orang yang baru saja mengikuti akan bisa langsung mengakses unggahan lama yang berisi arsip tentang sejarah sepak bola PSIM.
Gambar 2.0. Salah satu unggahan @bawahskor (Sumber: Instagram @bawahskor, 2024)
Setiap arsip foto yang diunggah akan diberikan narasi untuk mempermudah pembaca memahami konteks yang ada pada unggahan Bawahskor. Informasi yang disampaikan juga tergantung seberapa banyak informasi yang diketahui oleh Bawahskor itu sendiri. Beberapa terdapat arsip dari potongan majalah atau koran lama, foto dari seseorang yang berhasil Bawahskor kumpulkan sendiri. Setiap arsip foto memiliki ceritanya masing-masing yang mana hal ini menjadi keunikan tersendiri untuk Bawahskor karena telah berhasil mengabadikan kenangan atau sejarah dan berusaha memberikan informasi untuk pembaca dalam memahami konteks. Bawahskor membuktikan bahwa tidak semua arsip didiamkan dalam perpustakaan yang pastinya akan terlupakan. Namun, arsip tersebut harus dipublikasikan agar informasi yang terkandung di dalamnya tidak dilupakan dan menjadi kenangan tersendiri bagi para pendukung PSIM.
Referensi:
Junaedi, F dan Arifianto, B.D. (2017). “Berawal Dari Kecintaan, Berproses dalam Media Komunitas Sepakbola: Menengok Manajemen Media Komunitas Berbasis Fans Sepakbola”, dalam Fajar Junaedi (ed). Mediaformosa: Tranformasi Media Komunikasi di Indonesia. Yogyakarta: Buku Litera, UMY repository. Retrieved from: https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13388/24/BOOK_Mediamorfosa_Fajar%20J%2C%20Budi%20DA_Berawal%20Dari%20Kecintaan.pdf
Kusumawardani, G., Hanggoro, B. T., Nasional, A., Indonesia, R., & Selatan, J. (n.d.). Media Sosial Sebagai Alternatif Penyimpanan Arsip Digital Pribadi Social Media As An Alternative To Digital Personal. 157–175.
Muhidin, S. A., Winata, H., & Santoso, B. (2019). Pengelolaan Arsip Digital. JPBM (Jurnal Pendidikan Bisnis Dan Manajemen), 2(3), 178–183. http://journal2.um.ac.id/index.php/jpbm/article/view/1708
Putranto, W. A. (2018). Content Marketing Strategies via Instagram for Indonesian Libraries. 1–9.
Faisol Fajar Bagus Junaedi merupakan anggota tim peneliti dan mahasiswa Program Studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi, Sekolah Vokasi UGM.
Arif Rahman Bramantya merupakan pengajar Program Studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi Sekolah Vokasi UGM.