Oleh: Faizatush Sholikhah
“Maka demikian pula Saudara-saudara, kita pada saat sekarang ini, berada di dalam gedung yang oleh Menteri Muda Pekerjaan Umum dan Tenaga dinamakan Wisma Puruhita, Wisma Murid yang oleh Presiden Universitas Gadjah Mada dinamakan Wisma Pantjadharma, Gedung Lima Dharma, kewajiban dalam arti yang biasa dipakai di Indonesia. Kecuali saya menegaskan bahwa gedung ini didirikan dengan uang rakyat dan sebenarnya milik rakyat dan untuk rakyat”. (Presiden Soekarno, 1959)
Gambar 1. Gedung Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (Khazanah Arsip UGM)
Pada awal kemerdekaan, beberapa gedung diresmikan di Universitas Gadjah Mada. Pembangunan Gedung-gedung di lingkungan Universitas Gadjah Mada dilakukan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan administratif dan terlaksananya proses pembelajaran. Pada saat Gedung Pusat UGM diresmikan pada tanggal 19 Desember 1959 oleh Ir Sukarno, pada tanggal yang sama diresmikan pula gedung Panca Dharma. Hal ini dibuktikan dengan plakat artefak di dalam salah satu gedung Panca Dharma (Unit V) yang bertuliskan Gedung Pantja Dharma UGM diresmikan oleh Ir Sukarno (Ida Tungga, 2011). Dalam Laporan Rektor tahun 1959 disebutkan “Gedung-gedung yang sudah didirikan ialah: 1. Gedung Pusat Tatausaha dengan lantai sebesar 18450 m2; 2. Gedung Pantjadharma dengan lantainya sebesar 27.000 m2; ….” (Laporan Rektor Tahun 1959).
Gedung Panca Dharma (Pantja Dharma) memiliki peranan penting dalam perkembangan dan perubahan yang terjadi di Universitas Gadjah Mada. Gedung-gedung di UGM pernah dibahas dalam sejumlah tulisan dari beberapa peneliti. Djoko Suryo, Bambang Purwanto, dan Soegijanto Padmo pernah menyinggung tentang gedung UGM dalam buku Dari Revolusi ke Reformasi: 50 tahun Universitas Gadjah Mada (Djoko Suryo dkk, 1999). Namun belum ada pembahasan secara khusus tentang Gedung Pantja Dharma. Pada 17 Pebruari 1946, Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada didirikan. Beberapa gedung kemudian dibangun dan digunakan sebagai ruang kuliah meskipun terpisah-pisah lokasinya. Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Perguruan Tinggi Kedokteran, Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan, Sekolah Tinggi Farmasi, dan Perguruan Tinggi Pertanian berada di Klaten dari tahun 1946. Bahkan ada beberapa Fakultas yang gedungnya berada di Jetis maupun Sala (Effendhie, 2011), termasuk kampus di Jl. Kaliurang yang sekarang dipakai sebagai kantor BNI 46, dan kampus Pagilaran yang digunakan untuk Fakulteit Sastera Pedagogik dan Filsafat. Gedung Panca Dharma pada awal pendiriannya disebut sebagai gedung Schiec-terrein atau Lapangan Tembak Sekip. Berbagai perubahan fungsi dari gedung Panca Dharma dari saat didirikan hingga sekarang menjadi permasalahan penting dan menarik untuk didiskusikan. Gedung Pantja Dharma dapat berdiri tidak terlepas dari peranan Panitia Gedung-Gedung UGM yang pertama kali dipimpin oleh Prof. Ir. Wreksodhiningrat.
Pantja Dharma Sebagai Gedung Konferensi Colombo Plan
Gedung Panca Dharma, atas izin dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dulu pernah dipakai untuk perencanaan Colombo Plan (Pra Colombo Plan), konferensi untuk merealisasikan kegiatan Colombo Plan. Setelah konferensi selesai, gedung itu kembali diserahkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang kemudian dimanfaatkan oleh UGM. Tidak banyak pembahasan tentang kondisi Gedung Panca Dharma saat dilaksanakan konferensi ini yang tentunya pada saat itu, termasuk mempengaruhi berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar gedung Panca Dharma.
Panca Dharma sebagai Asrama Mahasiswa
Gedung-gedung (Pantja Dharma) yang ada di Sekip itu sebenarnya tidak dirancang untuk ruang kuliah ataupun perpustakaan. Unit I, II, III dan IV dibangun untuk asrama mahasiswa, sedangkan Unit V digunakan untuk kantor asrama, ruang pertemuan atau rapat dan ruang makan. Dalam Gedung Unit V terdapat ruangan yang luas sekali, yang direncanakan untuk tempat pertemuan. Rencana pendirian asrama mahasiswa disinggung oleh Presiden Universitas Prof. Dr. M. Sardjito dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1951/1952, bahwa UGM mengalami kesulitan dalam menyediakan fasilitas perumahan bagi mahasiswa, yang saat itu jumlahnya mencapai 3.439 orang. Untuk itu, pada tanggal 13 April 1952 dibentuk Yayasan Guna Dharma. Dimotori oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yayasan ini membantu UGM dalam membangun asrama mahasiswa. Dana yang dipersiapkan senilai Rp. 10.000.000 pun segera dikucurkan atas bantuan Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Kementrian Pekerjaan Umum dan Tenaga dan Kementrian Keuangan. Proses pembangunannya selanjutnya dibahas oleh Presiden Universitas Prof. Dr. M. Sardjito dalam Laporan Tahunan Universitit Gadjah Mada bagi Tahun Pengadjaran 1952/1953. Dijelaskan bahwa kerja sama yang terjalin antara UGM, Jawatan Gedung-Gedung dengan Yayasan Guna Dharma, bukan hanya membangun asrama mahasiswa untuk sekitar 1.000 orang, melainkan juga gedung tata usaha bertingkat dua, asrama mahasiswa di Baciro, asrama putri, rumah-rumah guru dan gedung-gedung darurat.
Mantan Kepala Biro Bangunan UGM, Ir. Sugeng Joyowirono, juga mengingat dengan baik bahwa Gedung Sekip Unit V belum pernah dipakai untuk kantor asrama mahasiswa. Tetapi gedung itu juga tidak didesain untuk perpustakaan. Karena itu, ruangannya lalu disekat sekat, disesuaikan dengan kebutuhan. Bentuk tersebut masih tetap sama hingga sekarang. Didesak oleh kebutuhan akan ruang kuliah dan perpustakaan menyebabkan sejumlah gedung di UGM, termasuk Gedung Sekip Unit V berubah fungsi dari rencana awal peruntukannya. Hal ini Ini seperti dikatakan Presiden Universitas Prof. Dr. M. Sardjito dalam Laporan Tahunan UGM Bagi Tahun Pengajaran 1957/1958, ketika menjelaskan rencana pemindahan Perpustakaan Pusat UGM ke gedung baru di Sekip, yang memiliki dua lantai, dengan salah satu lantainya berukuran 17 x 50 meter.
Panca Dharma Sebagai Perpustakaan
Gambar 2. Gedung Perpustakaan Unit II UGM, Unit Sarjana (Khazanah Arsip UGM)
Gedung Unit I pada awalnya digunakan untuk mahasiswa tingkat sarjana muda, sedangkan gedung Unit II digunakan bagi mahasiswa tingkat sarjana. Namun setelah dihapuskannya tingkat sarjana muda di perguruan tinggi, peraturan tersebut tidak berlaku lagi. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor UGM Nomor 200/P/SK/HT/2008 Tanggal 9 Mei 2008, Perpustakaan Pascasarjana UGM yang semula menempati gedung seluas 1782 m2 di sebelah timur Perpustakaan UGM Unit I Bulaksumur, disatukan pengelolaannya di bawah Perpustakaan Universitas. Kemudian gedung ini dijadikan Perpustakaan Unit III Bulaksumur atau dikenal dengan Academic Resource Center (ARC).
Disebutkan bahwa sejak tahun 1959, gedung tersebut menjadi gedung Perpustakaan Pusat UGM, menggantikan gedung perpustakaan lama yang terletak di Jl. Setjodiningratan (Hotel Limaran). Tanggal 31 Juli 1975, ketika Perpustakaan UGM mendapat satu tambahan gedung yang terletak di selatan Gedung Pusat, maka predikatnya tak lagi sebagai Perpustakaan Pusat. Demikian pula layanan yang disediakan tinggal layanan peminjaman buku teks. Koleksi referensi dan kantor pengelola dialihkan ke gedung baru, yang kemudian disebut sebagai Perpustakaan Pusat UGM.
Pemanfaatan Gedung Panca Dharma untuk Pembelajaran di SV UGM
Sekolah Vokasi UGM dibentuk dengan Peraturan Rektor UGM No. 51 8/P/SK/HT /2008 tertanggal 6 Oktober 2008. Tindak lanjut dari peraturan tersebut adalah terbitnya SK Rektor No 365/P/SK/HT / 2009 tentang pengangkatan Caretaker Sekolah Vokasi pada tanggal 1 September 2009 dan pada tanggal 16 September 2009 terbitlah SK Rektor UGM No. 397/P/SK/HT /2009 tentang pembidangan tugas Caretaker Ketua dan Caretaker Wakil Ketua Sekolah Vokasi dan terakhir keluarlah SK Rektor UGM No. 32/P/ SK/HT/2011 tertanggal 10 Februari 2011 tentang perubahan nama Caretaker Ketua dan Wakil menjadi Plt. Direktur dan Wakil Direktur atas nama Prof. Dr. Ir. Fatchan Nurrochmad M.Agr. sebagai Plt. Direktur dan Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih sebagai Plt.Wakil Direktur.
Sekolah Vokasi pada awal tahun 2009 mempunyai 22 program studi (prodi) Diploma III dan menjadi 23 prodi (mulai tahun ajaran 2011 ) dengan dibukanya kembali Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik. Pada tahun 2012 dibuka program studi baru yaitu Program Studi Diploma III Metrologi dan lnstrumentasi. Kemudian pada tahun 2013 dibuka 3 program studi DIV baru. Dengan demikian hingga tahun 2013 terdapat dua puluh tujuh prodi di Sekolah Vokasi. Berbagai perubahan telah berlangsung hingga tahun 2020 jumlah program Studi yang memanfaatkan bangunan Panca Dharma bertambah dengan dibukanya Program Diploma IV di Sekolah Vokasi UGM.
Referensi:
Djoko Suryo, Bambang Purwanto dan Soegijanto Padmo, Dari Revolusi ke Reformasi: 50 tahun Universitas Gadjah Mada, (Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada, 1999).
Machmoed Effendhie, “Yang tercecer dari Sejarah UGM: Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Pendidikan (Pedagogik) Universitas Gadjah Mada, 1955-1964”, Khazanah Buletin Kearsipan vol 4 No 2 Juli 2011, hlm. 29-39
Ida Tungga, “Misteri Gedung Pantja Dharma”, Kabar UGM online edisi 84/v/21 Juli 2009, diakses tanggal 12 November 2011.
Laporan Rektor UGM koleksi Arsip UGM
Faizatush Sholikhah merupakan pengajar dan Ketua Program Studi Sarjana Terapan Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi Sekolah Vokasi UGM.